Sejarah

Dahsyat Jejak KH Hisyam, Sang Peletak Fondasi Pendidikan Muhammadiyah di Dekade Awal Abad 20

MOZAIKMUPEKALONGAN.COM – Sejarah dunia pendidikan di Indonesia, lebih khusus di Persyarikatan, tak boleh melupakan peran KH Hisyam, sang peletak fondasi pendidikan Muhammadiyah. Ya, Kiai Hisyam ini adalah orang yang dipercaya KH Ahmad Dahlan untuk merintis pengembangan pendidikan modern di awal abad 20.

Kalau muqadimah UUD 1945 mengamanatkan empat janji kemerdekaan, di mana salah satunya adalah “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka Muhammadiyah di bawah visi Kiai Dahlan dan sentuhan dingin KH Hisyam telah melakukannya bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Kesuksesan gerakan Muhammadiyah di bidang pendidikan tak lepas dari peran KH Hisyam saat awa-awal pendiriannya. Tanpa peran sentral beliau, maka mustahil lahir ratusan perguruan tinggi di bawah naungan Muhammadiyah. Sang peletak fondasi pendidikan Muhammadiyah ini berupaya keras mewujudkannya.

Menurut data Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Miuhammadiyah pada Januari 2023 jumlah perguruan tinggi Muhammadiyah hampir sama dengan yang di bawah naungan kemenag yaitu 170 jumlahnya. Total perguruan tinggi nasional jumlahnya 183.

Di balik keberhasilan mengembangkan perguruan tinggi itu ternyata ada sosok KH Hisyam sang peletak fondasi Pendidikan Muhammadiyah. Cikal bakal pengembangan Muhammdiyah di bidang Pendidikan.

I Baca juga: Tak Ada Kata Lelah! Inilah Agenda Dakwah KH Ahmad Dahlan pada 1922, Setahun Sebelum Wafat

Berawal dari Surat Al-Ma’un

Inilah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI) yang didirikan Kiai Dahlan di 1911, yang menjadi cikal bakal pengembangan pendidikan modern di Muhammadiyah.

Di masa formatif Muhammadiyah, KH Hisyam memainkan peran amat penting dalam mendirikan fondasi pendidikan Muhammadiyah. Melalui tekad dan kerja kerasnya lah pendidikan Muhammadiyah berkembang dengan pesat.

Hasilnya, kini Muhammadiyah memiliki ratusan perguruan tinggi, nyaris sama dengan perguruan tinggi yang dibangun pemerintah. Cerita sukses pembangunan pendidikan ini tak bisa dilepaskan dari kiprah KH Hisyam.

Ide pengembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) tak hanya terbatas di keagamaan saja. Melainkan di bisang yang lain seperti bidang Kesehatan, Pendidikan dan pelayanan sosial. Semua ini karena pembacaan Kiai Ahmad Dahlan terhadap tantangan zaman.

Kaum muslimin kala itu hidup dalam kerentanan. Mereka dihinggapi kejahilan. Kekolotan, keterbelakngan, kemiskinan dan pemurtadan.

Bahkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur terjadi pemurtadan pada kisaran 1870 hingga 1920-an. Salah satu yang memicu Gerakan Amar Makruf Nahi Mungkar.

Abdurrachman Surjomihardjo dalam Kota Yogyakarta Tempoe Doeloe: Sejarah Sosial 1880-1930, menggambarkan bahwa sosok kiai Dahlan yang terkenal toleran. Berpikiran terbuka dengan meniru apa yang dilakukan penginjil dengan mendirikan sekolah, rumah yatim-piatu, klinik, organisasi Wanita.

Maka konsekuensi yang harus diterima adalah cap “kiai palsu” terhadap Kiai Ahmad Dahlan. Bahkan oleh kalangan tradisionalis, ia dianggap “Kiai Kristen.”

Dalam perjalanannya, kiai Dahlan dibantu Kiai Hisyam sang peletak fondasi Pendidikan Muhammadiyah. Utamanya Ketika perjuangannya dalam mendapatkan legalitas pendirian organisasi Muhammadiyah dari pemerintah Hindia Belanda.

Peran Serta Kiai Hisyam

Sang pelatak fondasi Pendidikan Muhammadiyah ini menemani kiai Dahlan dalam berbagai aspek lainnya. Khususnya setelah mendapat legalitas dari pemerintahan Belanda.

Selama empat decade mulai dai 1901 sampai 1942, pemerintah colonial Belanda melaksanakan politik balas budi. Kebijakannya seputar tentang irigasi, emigrasi dan edukasi.

Rapat anggota Muhammadiyah 17 Juli 1920 di Gedung pengurus utama (Hoofdbestuur) di Kauman Yogyakarta kiai Dahlan langsung membentuk empat departemen. Bagian Tabligh dipegang Haji Fachruddin, bagian taman Pustaka Haji Mochtar, bagian penolong kesengsaraan Haji Syujak dan bagian sekolah adalah kiai Hisyam.

“Saya akan membawa kawan-kawan kita pengurus bagian sekolahan berusaha memajukan pendidikan dan pengajaran sampai dapat menegakkan gedung universiteit Muhammadiyah yang megah untuk mencetak sarjana-sarjana Islam dan maha-maha guru Muhammadiyah guna kepentingan umat Islam pada umumnya dan Muhammadiyah pada khususnya.”

Visi itu disampaikan Kiai Hisyam langsung begitu beliau mendapatkan amanah untuk mengurusi bidang pendidikan.

Mendirikan Sekolah untuk Warga

Seperti yang kita tahu, sang peletak fondasi Pendidikan Muhammadiyah ini sudah berhasil mengembangkan jumlah sekolah hingga berpuluh kali lipat.

Muhammadiyah lewat Kiai Hisyam berhasil membuka ekolah setingkat dengan sekolah rakyat Bernama Vervolgschool. Bahkan Muhammadiyah mengikuti jejak Belanda dlaam membuka standaardschool atau sekolah 6 tahun.

Sebagai upaya untuk menyaingi misionari, penyebar agama Kristen, Muhammadiyah juga menggunakan konsep pengajaran sekolah berbasis kitab suci. Bila Misionaris pakai Bible, Muhammadiyah pakai al-Qur’an.

Atas usahanya dalam mengembangkan bidang Pendidikan tersebut, Kiai Hasyim dipercaya jadi ketua Pengurus Besar Muhammadiyah selama periode 1932-1936. Bahkan mendapat penghargaan dari Belanda bintang jasa Bernama Ridder van Oranje Nassau

Kiprahnya sampai sekrang masih teringat meski ia sudah wafat pada 20 Mei 1945. Sang peletak fondasi Pendidikan Muhammadiyah ini sangat berjasa dalam mendirikan sekolah rakyat pertama kali di Indonesia demi menyaingi Belanda dan Misionari. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button