Tak Ada Kata Lelah! Inilah Agenda Dakwah KH Ahmad Dahlan pada 1922, Setahun Sebelum Wafat
Agenda dakwah KH Ahmad Dahlan Sebelum wafat
MOZAIKMUPEKALONGANKOTA.COM – Perkembangan Muhammadiyah yang cukup di dekade awal sejak kelahirannya, tak bisa dilepaskan dari agenda dakwah KH Ahmad Dahlan selaku pendiri. Mobilitas dakwah Sang Pencerah terutama di Pulau Jawa, nyatanya sukses memperluas jangkauan dakwah organisasi pembaharu ini hingga masuk ke Pulau Sumatra.
Agenda dakwah KH Ahmad Dahlan memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan organisasi Muhammadiyah sejak resmi didirikannya pada 18 November 1912.
Namanya tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pendiri organisasi yang berbasis Islam modern. KH Ahmad Dahlan berperan sebagai ketua persyarikatan Muhammadiyah dan dibantu oleh kalangan ulama lainnya.
Diantaranya Abdul Siratj (Sekretaris) dan anggota-anggotanya seperti Haji Akhmad, H. Abdurrahman, R. Haji Sarkawi, H. Muhammad, R.H. Jaelani, H. Anies, dan H. Muhammad Hakih.
Di tengah pendirian persyarikatan Muhammadiyah sebagai ketua, KH Ahmad Dahlan harus mengurus organisasi yang baru dibentuknya. Berbagai kegiatan dakwah diadakan untuk membangun organisasi secara bertahap.
Agenda dakwah KH Ahmad Dahlan antara tahun 1912 hingga 1922 cukup padat. Sebab sejak itu organisasi Muhammadiyah ini mulai berkembang ke berbagai daerah seperti Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan.
Total pada tahun 1922 persyarikatan Muhammadiyah ini sudah memiliki 15 cabang di seluruh Indonesia. Kemajuan yang cukup membanggakan sebagai organisasi yang masih muda kala itu.
Sementara bila ditotal, anggota dari berbagai cabang itu ada sekitar 1.230 orang.Agenda dakwah KH Ahmad Dahlan terkonsentrasi di seputar bidang pendidikan, keagamaan, kesejahteraan ekonomi Masyarakat, pemberdayaan sosial, pemberdayaan para perempuan dan kesadaran nasionalisme.
KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi perserikatan Muhammadiyah, beliau adalah seorang yang terstruktur dan progresif. Buktinya dalam rentang waktu 10 tahun itu ia manfaatkan dengan baik dalam membangun organisasi.
Rentetan agenda dakwah KH. Ahmad Dahlan ke berbagai daerah berlangsung amat padat justru di tahun sebelum Sang Pencerah ini wafat di 1923. Seperti yang ada dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah yang merekam peran KH Ahmad Dahlan dalam sejarah pendirian perserikatan Muhammadiyah.
Agenda Dakwah KH Ahmad Dahlan Menjelang Wafat
Sebagai seorang pembaharu, KH Ahmad Dahlan memang telah mewariskan banyak hal untuk umat dan bangsa. Terbukti dengan kiprah Muhammadiyah saat ini di sejumlah sektor yang turut berkontribusi terhadap kemajuan bangsa.
Sayangnya, sosok besar ini ditakdirkan wafat di usia yang sebetulnya belum terlalu tua, yakni 54 tahun. Hebatnya, usia yang pendek itu ternyata mampu dimanfaatkan Kiai Dahlan secara optimal. Maka tak heran sepanjang tahun 1922 atau setahun sebelum kepulangannya, agenda dakwah KH. Dahlan juga tercatat amat padat.
Agenda Dakwah di Kepanjen
KH Ahmad Dahlan bersama H. Sisyam membantu usaha pendirian sekolah agama Islam di Kepanjen pada 7 Agustus 1922.
Pekalongan dan Pekajangan
KH. Ahmad Dahlan bersama istrinya ke Pekalongan dan Pekajangan untuk menggiatkan pengajuan Muhammadiyah pada 9 September 1922.
Agenda Dakwah KH. Ahmad Dahlan di Bangil
KH. Ahmad Dahlan juga menyempatkan ke Bangil dalam acara tabligh Akbar Sarekat Islam pada 12 September 1922.
Mengurus Pengajaran Agama Islam di Purworedjo
Bersama RM Prawirowiroro, KH Ahmad Dahlan mengurus Pengajaran agama Islam di Purworedjo yang dihentikan paksa oleh bupati (regent) pada tahun 21 September 1922.
Agenda Dakwah di Purwokerto
KH. Ahmad Dahlan berangkat ke Purwokerto untuk memimpin rapat akbar yang diselenggarakan R.M Dirjo (penghulu landraad).
Selain itu, KH Ahmad Dahlan juga membuka pengajaran agama Islam di Osvia Magelang bersama M. Ng. Joyosugito pada 4 November 1922.
Memimpin Rapat di Magelang
KH. Ahmad Dahlan melakukan agenda dakwah di Salam, Magelang dengan memimpin rapat pada 14 November 1922.
Rapat di Solo
Dalam rangka peringatan 10 tahun Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan berangkat ke Solo menghadiri harlah organisasi pada 18 November 1922.
Rapat di Dalem Solo
KH. Ahmad Dahlan memimpin rapat di Dalem Solo pada 23 November 1922.
Berangkat ke Tosari
KH. Ahmad Dahlan melakukan agenda dakwah Islam ke Tosari untuk menanam benih-benih Muhammadiyah dan membantu pendirian masjid di sana.
Itulah rentetan agenda dakwah KH Ahmad Dahlan Sebelum wafat setahun setelahnya. Beliau wafat pada 23 Februari 1923 di usia yang terbilang masih muda yaitu 54 tahun.
Pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua untuk memanfaatkan waktu yang ada semaksimal mungkin agar bermanfaat untuk sesama umat manusia. Tahun 1922 adalah waktu yang berharga bagi KH Ahmad Dahlan dalam mengembangkan organisasi Muhammadiyah. (ful)