Dialog Kebangsaan Aisyiyah Kota Pekalongan Sesi 2, Mustofa: Saatnya Politik Melayani Umat
MOZAIKMU – Kegiatan Ngaji dan Dialog Kebangsaan Aisyiyah Kota Pekalongan kembali digelar PDA Kota Pekalongan pada Jmat, 1 November 2024 di aula PAM Noyontaan Kota Pekalongan. Tiga tamu utama, yakni pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pekalongan, Muhtarom-Mustofa hingga Ketua PDM Kota Pekalongan, Dr. HM. Hasan Bisysri, M.Ag., menekankan pentingnya mendorong politik kekuasaan yang melayani umat.
Dialog Kebangsaan Aisyiyah kali ini menjadi yang kedua kalinya dihadirkan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Pekalongan sebagai upaya penguatan Pendidikan politik warganya, terutama dalam momentum Pilkada Serentak 2024 di Kota Pekalongan.
Pada sesie pertama Dialog Kebangsaan Aisyiyah yang dilaksanakan 18 Oktober 2024, PDA juga telah mengundang pasangan H. Achmad Afzan Arslan Djunaid, SE., MM. dan Hj. Balgis Diab, SE., S.Ag., MM., serta Drs. H. Pasrum Affandi dari Pleno PDM Kota Pekalongan.
Dalam kegiatan ini, hampir 300an warga Aisyiyah hadir, baik dari unsur Pleno dan Badan Pembantu Pimpinan (BPP) PDA Kota Pekalongan, Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) se Kota Pekalongan, para guru TK ABA, PRA, dan lainnya. Selain itu juga hadir dari unsur PDM Kota Pekalongan, perwakilan PCM, dan lainnya.
Ketua PDA Kota Pekalongan, Dra. Rita Rahmawati, M.Pd., menyebut kegiatan Ngaji dan Dialog Kebangsaan Aisyiyah ini menjadi momentum pembelajaran yang berharga bagi para kader Aisyiyah. Pasalnya, dalam Pendidikan politik ini kader Aisyiyah langsung dihadapkan dengan para kontestan politik.
“Jadi kalau selama ini mungkin kegiatan Pendidikan politik lebih bersifat teoritis, hari ini PDA Kota Pekalongan mencoba selangkah lebih maju dengan langsung menghadirkan para calon wali kota dan wakil wali kota Pekalongan. Inilah wujud respon cerdas Aisyiyah terhadap momentum Pilkada Serentak 2024 di Kota Pekalongan,” ungkap Bunda Rita.
Melalui skema tersebut, kader Aisyiyah bisa menyimak langsung yang menjadi visi misi paslon Pilwalkot Pekalongan sekaligus mendialogkannya bersama.
“Jadi ada keterlibatan aktif dalam politik, tetapi bukan dalam pengertian partisan, mengingat Aisyiyah memedomani prinsip netralitas aktif dalam politik praktis. Ruang-ruang pendidikan politik riil semacam inilah yang diharapkan semakin membuat warga kita kian melek dan sadar politik. Dan inilah politik berkemajuan,” terangnya.
I Baca juga: Hadapi Pilkada 2024, Inilah 3 Seruan PDM Kota Pekalongan untuk Warga Persyarikatan
Dialog Kebangsaan Aisyiyah: Karena Politik Itu Penting untuk Melayani Umat
Tidak hanya bagi PDA, Dialog Kebangsaan Aisyiyah ini juga menjadi momentum bagi pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pekalongan untuk menyampaikan gagasannya membangun Kota Pekalongan. Hebatnya, alih-alih berkampanye dan meminta dukungan elektoral, para kontestan justru lebih fokus pada penguatan pendidikan politik bagi para Aisyiyah.
Calon Wakil Wali Kota Pekalongan, H. Makmur Sofyan Mustofa, menyatakan tidak sedikit orang memilih apatis dengan politik karena melihatnya hanya dari satu sudut pandang, tidak utuh. Sebagai akibatnya, mereka menyimpulkan dunia politik secara sepihak sebagai melulu negatif.
“Jadi point of view atau populernya pov ini vital, kadang kita perlu melihat politik ini dalam sudut pandang yang lebih luas untuk memperkaya persepsi. Lihatnya jangan di-zoom, supaya bisa melihat banyak sisi lain politik yang juga bernilai positif,” kata Mustofa yang menilai Dialog Kebangsaan Aisyiyah ini menjadi bagian dari memperkaya persepsi terhadap politik.
Persepsi atas politik yang lebih utuh itu justru menurut Mustofa juga dipedomani Muhammadiyah. Meski sebagai ormas Muhammadiyah tidak mungkin melibatkan diri secara aktif dalam politik praktis, namun Muhammadiyah juga mendukung kader-kadernya yang berdiaspora di politik.
“Politik ini penting bagi umat Islam, supaya kita bisa ikut mewarnai, mengambil peran dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Tetapi politik yang seperti apa? Tentu saja politik yang melayani umat, atau meminjam istilahnya Pak Tafsir (Ketua PWM Jateng, red), politik yang menolong,” terang mantan Ketua KNPI Kota Pekalongan ini.
Mustofa pun mencontohkan proses politik nasional yang berlangsung pasca dilantiknya Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2024-2029, di mana sejumlah kader-kader Muhammadiyah dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Menteri, Wakil Menteri hingga Badan setingkat Kementerian.
“Karena Muhammadiyah tidak memandang politik dengan apatis, bahwa politik bisa dikelola dengan baik. Jangan jauh-jauh Ibu-ibu, saya yang anggota DPRD Kota Pekalongan saja aspirasinya bisa manfaat untuk Muhammadiyah dan masyarakat di Dapil saya,” ujar Mustofa.
Di hadapan jamaah Dialog Kebangsaan Aisyiyah, Mustofa juga menekankan pentingnya membangun narasi politik yang mempersatukan dan tidak memecah belah.
“Nyatanya saya yang Muhammadiyah dan Mas Muhtarom ini Ketua PCNU, toh bisa jalan bareng di politik. Karena kita menyadari, dulu Mbah Kiai Dahlan dan Mbah Syeikh Hasyim As’ari juga dipertemukan oleh banyak guru yang sama,” ucapnya.
Sementara Calon Wali Kota Pekalongan, H. Muhtarom, mengapresiasi kegiatan NGaji dan Dialog Kebangsaan Aisyiyah yang disebutnya bisa menjadi ruang untuk mendidik umat, terutama kaum perempuan. Menurut Muhtarom, sebagai organisasi perempuan Aisyiyah telah memainkan perannya dalam menjaga agama dan bangsa.
“Kita bersyukur hidup dan beragama di Indonesia, karena situasi yang rukun, aman dan damai ada andil kita di dalamnya, andil NU dan Muhammadiyah serta yang lainnya,” kata Muhtarom.
Muhtarom yang diketahui belum lama mundur dari jabatannya sebagai Ketua PCNU Kota Pekalongan karena maju dalam pencalonan Wali Kota ini mengaku bersyukur karena ditakdirkan bisa bergandengan tangan dengan Mustofa yang berlatar belakang Muhammadiyah.
“Sebetulnya ini bukan hal baru. Karena meski saya asli NU dan dididik di pesantren, tetapi dulu MI saya juga di Muhammadiyah, SMA nya sempat di Muhammadiyah meski tak sampai rampung. Makanya saya yang NU dan Mas Mustofa yang Muhammadiyah sepakat untuk mengusung visi melayani umat, membangun Kota Pekalongan yang lebih baik dan Makmur,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Ketua DPM Kota Pekalongan, Dr. Hasan Bisysri didaulat menjadi pemateri Utama Ngaji dan Dialog Kebangsaan Aisyiyah. Dalam paparannya, ustadz Hasan juga menggarisbawahi apa yang disampaikan Mustofa dan Muhtarom tentang relasi Islam dan politik.
Menurut akademisi UIN Abdurrahmah Wahid ini, politik menjadi aspek penting dalam Islam, terutama karena ia bertautan dengan kepemimpinan umat dan bangsa. Sementara kepemimpinan sendiri menjadi salah satu tema penting dalam beragama.
“Ayatnya sudah jelas, kita diminta taat pada Allah, rasul, dan ulil amri atau pemimpin sejauh tidak mengajak pada maksiat. Hadisnya juga ceto, jika kalian hendak bepergian tiga orang, maka tunjuk salah satunya sebagai pemimpin. Kalau tiga orang saja harus ada pemimpinnya, apalagi Kota Pekalongan, apalagi Indonesia,” tegas Hasan.
Karena itu, memilih pemimpin menurut ustadz Hasan dihukumi wajib. Bahkan kalau calon pemimpinnya itu dipandang buruk semua, maka pilihlah yang keburukannya paling sedikit.
“Maka kalau ada pemimpin yang baik harus didukung,” tandasnya.
Sementara dalam kaitannya dengan politik, Hasan Bisysri menyimpulkan pandangan Muhammadiyah dalam 7 prinsip. Yang pertama netral dalam politik praktis, lalu aktif dalam politik kebangsaan, prinsip amar makruf nahyi munkar, mendorong kader berperan aktif dalam politik.
Berikutnya, menjaga kemandirian dan otonomi organisasi, lalu mengutamakan Pendidikan politik yang mencerahkan, serta berpikir kritis terhadap kekuasaan yang menyimpang.
Menurut Hasan Bisysri, kegiatan Ngaji dan Dialog Kebangsaan Aisyiyah juga menjadi contoh dari proses Pendidikan politik yang mencerahkan.
“Kemudian soal kemandirian dan otonomi ini juga amat penting. Muhammadiyah tidak boleh minta-minta ke pemerintah, tetapi kalau diberi Amanah ya harus siap mengelolanya dengan baik dan bertanggung jawab,” pungkasnya. (sef)