Musyawarah Nasional Tarjih ke-32 di Pekalongan Resmi Ditutup
PEKALONGAN— Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar, resmi menutup Musyawarah Nasional (Munas) ke-32 pada Ahad (25/2) di Pekalongan. Dalam penutupan tersebut, Syamsul Anwar menyampaikan penghargaannya atas keistimewaan Pekalongan yang memiliki tempat istimewa dalam sejarah Muhammadiyah.
Pekalongan diakui sebagai tempat kelahiran Majelis Tarjih pada Kongres Muhammadiyah ke-16 tahun 1927. Majelis Tarjih, sebagai lembaga internal Muhammadiyah, dikenal memiliki fokus pada kajian keagamaan. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh Pekalongan adalah menjadi tuan rumah Munas Tarjih ke-32. Munas ini dijuluki sebagai Munas 1 abad Majelis Tarjih, mencerminkan perjalanan panjang dan kontribusi besar lembaga tersebut dalam menyebarkan nilai-nilai keagamaan.
Selain itu, Pekalongan juga menjadi saksi sejarah pada tahun 1972, di mana Muhammadiyah mengesahkan dokumen penting, yaitu Adabul Mar’ah fil Islam. Dokumen ini menjadi panduan mengenai peran perempuan dalam Islam, menggarisbawahi pentingnya penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak perempuan.
Selain itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agung Danarto, mengapresiasi kehadiran banyak ulama muda Muhammadiyah sebagai peserta Munas Tarjih. Peserta Munas Tarjih ke-32 yang berjumah lebih dari 300 orang ini diketahui berasal dari beragam latar belakang, mencakup ahli astronomi, pakar ekonomi Islam, dan intelektual di bidang hukum Islam.
Agung menegaskan pentingnya sosialisasi terhadap materi Munas Tarjih yang telah disepakati, seperti Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT), Fikih Wakaf Kontemporer, dan Pengembangan Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Langkah ini dianggap krusial untuk memastikan pemahaman menyeluruh dan dukungan luas terhadap keputusan strategis yang diambil dalam Munas.
Kesuksesan Munas Tarjih ke-32 tidak lepas dari peran aktif para pesertanya, sebuah apresiasi yang disampaikan oleh Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Hamim Ilyas. Dalam sambutannya, Hamim Ilyas mengapresiasi keaktifan para peserta yang dengan penuh dedikasi memberikan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk merumuskan dokumen-dokumen penting Persyarikatan Muhammadiyah.
Hamim Ilyas mengakui bahwa Munas Tarjih menjadi panggung bagi para pemikir dan ulama Muhammadiyah untuk bersatu dalam merumuskan langkah-langkah strategis bagi masa depan lembaga. Keaktifan para peserta, kata Hamim Ilyas, mencerminkan semangat kesatuan dan komitmen terhadap nilai-nilai keagamaan yang dianut oleh Persyarikatan Muhammadiyah.
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP) dan sekaligus Ketua Panitia Pelaksana Munas Tarjih ke-32, Nur Izzah, turut menyampaikan permohonan maaf. Ia mengakui bahwa dalam setiap acara pasti terdapat potensi kekeliruan dan kesalahpahaman. Dengan tulus, Nur Izzah memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan selama berlangsungnya Munas Tarjih.
Permohonan maaf ini mencerminkan sikap transparansi dan tanggung jawab panitia pelaksana, yang senantiasa berkomitmen untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelaksanaan acara ke depannya. Nur Izzah berharap agar setiap kekeliruan dapat menjadi bahan evaluasi konstruktif bagi penyelenggaraan Munas Tarjih di masa yang akan datang.
source : https://muhammadiyah.or.id/